“Duh, deadline numpuk, anak rewel terus, badan rasanya remuk redam.” Pernah nggak kamu ngalamin ini? Jujur aja, sebagai pemilik UMKM yang juga ibu, kadang saya ngerasa kayak superhero yang kehabisan tenaga. Malam begadang urusin kerjaan, pagi bangun langsung disambut tangisan si kecil. Mau libur? Mana bisa! Rasanya mau teriak, “STOP DUNIA, AKU MAU TURUN!”
Kita-kita yang ada di usia 20-40 tahun ini, apalagi yang lagi merintis usaha, jadi freelancer, atau marketer pemula, bebannya emang berat. Waktu seolah jadi barang langka. Di tengah semua hustle ini, ada satu hal fundamental yang sering luput dari perhatian kita: kesehatan ibu dan anak. Kita sering mikir, “Ah, nanti aja kalau udah ada waktu luang.” Tapi, masalahnya nggak sesederhana itu…
Si Ibu “Sakti Mandraguna” dan Si Anak “Tangguh dari Lahir” (Mitos!)
Waktu itu, saya juga sempat mikir begini: “Ah, ibu-ibu kan kuat, udah biasa begadang. Anak juga kan antibodi udah kebentuk dari ASI.” Ya ampun, itu mitos banget! Kita ini manusia, bukan robot. Dan anak-anak itu makhluk mungil yang sistem imunnya masih dalam tahap pembangunan.
Kesehatan ibu dan anak itu ibarat dua sisi mata uang yang saling terkait. Kalau ibunya loyo, gimana mau ngurus anak dengan maksimal? Kalau anaknya sakit-sakitan, gimana si ibu mau fokus kerja dan berkreasi? Ini bukan cuma soal absen demam atau batuk pilek doang, lho. Ini tentang kualitas hidup, tentang mood, tentang energi yang kita punya buat ngejar mimpi kita di dunia ini.
Saya sering banget lihat teman-teman (dan saya sendiri di awal-awal parenting) yang terjebak di lubang-lubang ini:
- “Pokoknya Anak Sehat, Ibu Belakangan”: Ini paling umum. Ibu sering lupa makan, kurang tidur, stres numpuk, demi memastikan anaknya sehat. Padahal, kalau ibunya collapse, siapa yang mau jagain anak? Ini kayak pilot yang nggak mau istirahat pas penerbangan jarak jauh. Bahaya, kan?
- Terlalu Percaya Mitos atau Saran “Kata Orang”: Bukannya konsultasi ke dokter, malah dengerin tetangga atau thread di Twitter yang belum tentu benar. Akibatnya, ada vitamin yang nggak diminum, ada vaksin yang dilewatkan, padahal itu penting banget buat si kecil.
- Mager Bawa Anak ke Posyandu atau Dokter: Alasannya sibuk, padahal check-up rutin itu vital buat memantau tumbuh kembang anak. Ketahuan lebih awal kalau ada masalah, kan penanganannya bisa lebih cepat. Jangan sampai pas udah parah baru panik.
- Nutrisi Asal-asalan (Buat Ibu dan Anak): Buat ibu, seringnya makan asal kenyang. Buat anak, asal mau makan. Padahal, nutrisi itu pondasi utama. Kalau fondasinya nggak kuat, bangunannya mau kokoh gimana? Ini bukan cuma soal jadi gemuk atau kurus, tapi soal power otak dan fisik.
- Meremehkan Kesehatan Mental Ibu: Depresi pascapersalinan atau burnout itu nyata, guys. Tapi kadang kita suka anggap remeh, “Ah, lebay aja.” Padahal, kondisi mental ibu sangat berpengaruh ke suasana rumah dan perkembangan emosi anak.
8 Jurus Sakti Anti Loyo: Tips Praktis Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak
Oke, sekarang kita masuk ke “resep rahasia” biar kita bisa jadi ibu (atau bapak, buat yang baca ini para bapak super) yang produktif tanpa ngorbanin kesehatan ibu dan anak. Ini dia 8 tips praktis ala saya dalam menjaga kesehatan ibu dan anak:
- Prioritaskan Nutrisi Ibu (No Debat!): Ini paling utama. Anggap dirimu itu “pabrik” nutrisi buat si kecil (terutama kalau masih menyusui). Makan makanan seimbang: sayur, buah, protein hewani/nabati, karbohidrat kompleks. Nggak perlu mahal, kok. Bayam, tempe, telur, ikan teri itu udah super. Inget, sehat itu pilihan, bukan cuma soal harga.
- Jangan Skip Check-Up Rutin (Ibu & Anak): Ini wajib! Mau sesibuk apapun, sisihkan waktu buat ke Posyandu atau dokter. Ibu hamil harus rutin ANC. Anak-anak harus rutin imunisasi dan pantau tumbuh kembangnya. Ini investasi jangka panjang, lho! Ibarat mobil, harus di-service berkala biar nggak mogok di jalan.
- Meal Prep Buat Ibu dan MPASI Simpel: Ini game changer banget! Pas weekend, coba luangkan 1-2 jam buat nyicil masak atau potong-potong bahan makanan. Buat ibu, bisa marinasi ayam atau sayur. Buat MPASI, bisa bikin puree buah atau blender sayuran. Nanti pas hari-H tinggal sat-set. Percayalah, ini menyelamatkan pagi harimu!
- Cukup Istirahat (Ini Berat, tapi Usahakan): Saya tahu, ini tantangan terbesar. Tapi usahakan cari celah buat tidur. Kalau anak tidur, cobalah ikut tidur, jangan malah scroll medsos atau lanjut kerja. Tidur itu healing paling ampuh buat otak dan badan.
- Gerak Badan, Yuk!: Nggak perlu nge-gym mahal. Jalan kaki keliling komplek sambil dorong stroller, peregangan ringan, atau jogging santai 15-30 menit. Gerak itu bikin mood bagus, aliran darah lancar, dan pikiran jadi lebih jernih. Bahkan, main kejar-kejaran sama anak pun bisa jadi olahraga, kan?
- Cari Support System: Jangan sungkan minta bantuan! Ke suami, orang tua, mertua, atau teman. Kalau udah capek banget, minta tolong jagain anak sebentar biar kamu bisa mandi tenang atau sekadar rebahan 15 menit. It’s okay to not be okay, dan it’s okay to ask for help.
- Saring Informasi, Jangan Panik Dulu: Di era digital ini, informasi berseliweran. Jangan langsung percaya semua yang kamu baca di grup WhatsApp atau medsos. Kalau ada pertanyaan soal kesehatan ibu dan anak, langsung tanyakan ke sumber terpercaya: dokter, bidan, atau ahli gizi.
- Prioritaskan Kesehatan Mental Ibu: Ini nggak kalah penting dari fisik. Kalau kamu merasa overwhelmed, stress, atau sedih terus-menerus, jangan ragu buat cerita ke pasangan, teman dekat, atau bahkan profesional. Ibu yang bahagia akan menciptakan suasana rumah yang positif buat tumbuh kembang anak.
Kisah Si Ria, si Ibu Marketer yang Berubah Haluan
Dulu ada Ria, seorang marketer pemula yang ambisius. Campaign sana-sini, meeting pagi sampai malam. Dia baru punya satu anak batita yang super aktif. Ria sering banget skip sarapan, makan siang cuma snack atau mie instan, dan tidurnya kurang banget. Anaknya sering sakit batuk pilek karena ketularan virus dari ibunya yang drop. Ria sering panik sendiri. Pernah nggak kamu ngalamin ini?
Suatu hari, Ria kena demam tinggi sampai harus bedrest total. Mau nggak mau, semua kerjaan mandek, anak pun diurusin suaminya. Di saat itulah dia mikir, “Kalau begini terus, aku nggak bisa kerja maksimal, anak juga jadi korban.” Waktu itu, saya juga sempat mikir begini, apakah dia akan menyerah?
Ternyata nggak! Setelah sembuh, Ria mulai merombak total gaya hidupnya. Dia mulai meal prep buat dirinya dan anaknya. Setiap pagi, sebelum mulai kerja, dia pasti sarapan sehat. Sore hari, dia menyempatkan diri main di taman bareng anaknya. Check-up anak ke Posyandu jadi agenda wajib. Pelan-pelan, kondisi Ria membaik, dan anaknya juga jadi lebih jarang sakit. Bahkan, ide-ide campaign-nya jadi lebih fresh karena otaknya nggak lagi ngebul karena kelelahan. Ria sadar, kesehatan ibu dan anak itu bukan beban, tapi justru kunci produktivitasnya.
Merenungi Perjalanan Kita sebagai Orang Tua dan Pejuang untuk Menjaga Kesehatan Ibu dan Anak
Tahun 2025 ini, tantangannya makin berat, tapi kesempatan juga makin terbuka lebar. Sebagai pemilik UMKM, freelancer, atau marketer pemula, kita dituntut buat lincah, kreatif, dan pastinya, fit. Nah, gimana kita bisa fit kalau “mesin” utama kita, yaitu tubuh sendiri, nggak dirawat dengan baik? Apalagi kalau ada si kecil yang jadi prioritas utama kita.
Merawat kesehatan ibu dan anak itu bukan cuma kewajiban, tapi investasi paling berharga yang bisa kita kasih ke diri sendiri dan ke generasi penerus. Ini tentang menciptakan lingkaran kebaikan: ibu sehat, anak ceria, keluarga produktif, dan pastinya, kita bisa lebih menikmati setiap prosesnya.
Jadi, kamu sendiri… lebih sering jatuh di bagian mana? Sibuk sampai lupa makan? Atau sering mengabaikan kesehatan mental? Kalau kamu mau mulai dari hal kecil, apa langkah pertamamu hari ini untuk menjaga kesehatan ibu dan anak di rumahmu? Yuk, share pendapatmu!
Baca juga: 7 Ide Bekal Makanan Sehat & Enak yang Bisa Kamu Siapkan dalam 30 Menit