Eh, Ayah, Bunda, pernah nggak sih pas lagi asyik main sama si putri kecil, tiba-tiba dia bilang, “Aku nggak bisa, ini susah!” sambil cemberut? Atau, saat dia mau coba hal baru, dia ragu-ragu dan bilang, “Nanti jelek, ah.” Nah, saat itu, kamu cuma bisa ngelus kepala sambil dalam hati bertanya, “Gimana ya caranya biar dia nggak gampang nyerah dan lebih percaya diri?” Rasanya kayak hidup ini cuma muter-muter di lingkaran setan yang nggak ada ujungnya, dan kamu bertanya-tanya, apa ini yang disebut mendidik anak perempuan?
Ketika Anak Perempuan Bukan Cuma Tentang Cantik dan Manis
Kita ini, generasi yang dibesarkan dengan stereotipe yang cukup kuat. Perempuan itu harus cantik, manis, penurut, dan lemah lembut. Nggak heran, ketika kita jadi orang tua, kita tanpa sadar mewarisi pola pikir itu. Masalahnya, anggapan-anggapan itu nggak sesederhana yang kita pikir, lho.
Dulu, saya juga sempat mikir begitu. Otak saya terlanjur percaya kalau tugas utama mendidik anak perempuan itu adalah membentuk mereka jadi ‘putri sejati’ versi dongeng. Pokoknya, image-nya itu kaku banget. Padahal, dunia sekarang jauh lebih dinamis. Kita nggak cuma butuh anak perempuan yang anggun, tapi juga yang tangguh. Kita nggak cuma butuh anak yang cantik parasnya, tapi juga yang cantik hatinya dan kuat mentalnya.
Intinya gini: kalau kamu lagi nyari cara biar anakmu nggak cuma jagoan di luar, tapi juga punya hati yang sekuat baja, artikel ini pas banget buat kamu. Anggap aja ini semacam “pencerahan” di tengah kebuntuan cara mendidik.
5 Pilar Utama dalam Mendidik Anak Perempuan Kuat & Berani
Oke, langsung aja kita masuk ke intinya. Kenapa sih mendidik anak perempuan itu harus seimbang antara berani dan percaya diri? Dan gimana caranya? Ini dia 5 pilarnya, versi saya yang fiktif ini:
- Mengajarkan Mereka Berani Bersuara & Berpendapat. Ini mungkin yang paling penting. Stop bilang “Sudah, diam saja!” saat dia mau berpendapat. Ganti dengan, “Pendapatmu penting, yuk kita dengerin.” Ajarkan dia bahwa suaranya berharga dan berani menyampaikan apa yang dia rasakan atau pikirkan, tentu dengan cara yang santun. Ini fondasi penting dalam membentuk anak perempuan yang punya mental kuat.
- Menumbuhkan Kepercayaan Diri di Atas Penampilan Fisik. Stop memuji anakmu hanya karena dia cantik atau imut. Ganti dengan, “Wah, gambarmu bagus banget, kreatif sekali!” atau “Kamu hebat sudah berani mencoba, Ayah/Bunda bangga!” Fokus pada pujian yang mengarah pada usaha dan kemampuannya, bukan hanya pada fisiknya. Dengan begitu, dia akan belajar bahwa nilainya tidak bergantung pada seberapa cantik dia di mata orang lain.
- Mendorong Semangat Eksplorasi & Petualangan. Biarkan anakmu kotor main di luar, memanjat pohon, atau ikutan bongkar-pasang mainan robot. Jangan batasi dunianya hanya dengan yang “selayaknya perempuan.” Biarkan dia mengeksplorasi minatnya, bahkan yang di luar zona nyamannya. Ini melatih problem solving dan kreativitasnya sampai level dewa. Dan ingat, rasa ingin tahu adalah modal utama untuk jadi pribadi yang mandiri dan berani.
- Pentingnya Figur Ibu (atau Figur Perempuan Kuat Lainnya). Figur ibu itu bukan cuma pengasuh, tapi juga panutan. Ibu yang menunjukkan rasa percaya diri, berani berpendapat, dan gigih mengejar mimpi akan jadi contoh nyata bagi anak perempuannya. Kalau ibu nggak ada, bisa diganti dengan nenek, tante, atau bahkan guru perempuan yang bisa jadi mentor. Ini melengkapi role model yang dibutuhkan dalam mendidik anak perempuan.
- Membangun Hubungan yang Sehat dengan Diri Sendiri. Ajak anakmu untuk menerima dirinya apa adanya. Ajarkan dia bahwa tidak ada manusia yang sempurna dan membuat kesalahan itu wajar. Dengan begitu, dia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak terlalu menuntut diri sendiri, tidak gampang cemas, dan berani mencoba hal baru tanpa takut gagal. Dia akan belajar mencintai dirinya sendiri, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Ketika “Masa Depan” Itu Berbentuk Bumerang
Ada satu kesalahan umum yang sering banget kita lakuin saat mendidik anak. Kita terlalu fokus sama hasil akhirnya: “Gimana nanti dia sukses?” atau “Apa kata orang-orang kalau anakku nggak bisa ini itu?” Padahal, prosesnya itu yang paling penting.
Pernah nggak kamu ngalamin ini? Kamu terlalu mikirin masa depan anak sampai-sampai lupa menikmati prosesnya. Jadinya, bukannya jadi orang tua yang suportif, kamu malah jadi terlalu menuntut. Padahal, yang bikin anak kita jadi orang hebat itu bukan cuma hasil akhirnya, tapi juga keringat dan air mata selama di perjalanan.
Saya punya cerita fiktif soal teman saya, sebut saja Rina. Rina ini dulunya sering bilang ke anak perempuannya, “Ayo, jangan nangis, nanti jelek.” Dia pikir, itu cara terbaik untuk membuat anaknya jadi kuat. Tapi, suatu hari, anaknya mogok sekolah. Setelah dibujuk, anaknya cerita kalau dia dibully di sekolah dan merasa nggak bisa cerita ke siapa-siapa karena takut dibilang cengeng atau jelek.
Dari situ, Rina kayak dapat wake-up call. Dia sadar, ternyata yang dia lakukan itu justru membuat anaknya memendam perasaan dan takut. Setelah kejadian itu, Rina memberanikan diri untuk mengubah cara mendidiknya. Dia mulai memeluk anaknya saat sedih, mengajaknya ngobrol, dan bilang, “Nggak apa-apa kok kalau sedih, Ayah/Bunda di sini.” Dan tebak apa? Anaknya mulai lebih terbuka dan berani bercerita, serta mulai menumbuhkan kepercayaan diri yang kuat.
Cerita Rina ini nunjukin kalau motivasi kita dalam mendidik itu penting banget. Kita nggak akan bisa membentuk anak yang hebat kalau motivasinya cuma “gengsi” atau “harapan orang lain.” Tapi, kalau motivasinya itu “ingin anakku bahagia,” “ingin anakku bermanfaat,” atau “ingin membuat perubahan,” kita bakal jauh lebih kuat.
Refleksi Penutup: Pertanyaan Penting untuk Setiap Orang Tua
Jadi, setelah baca semua ini, kamu sendiri… lebih sering jatuh di bagian mana? Apakah kamu terlalu fokus pada penampilan anak? Atau kamu merasa nggak punya “modal” yang cukup untuk mengajarkan percaya diri?
Kalau kamu mau mulai dari hal kecil, langkah pertamamu hari ini buat mendidik anak perempuan jadi pribadi yang lebih baik kira-kira apa? Coba peluk dia saat dia sedih, ajak dia ngobrol dari hati ke hati, atau berikan dia tugas kecil yang bisa dia selesaikan? Apapun itu, semoga langkah kecilmu hari ini bisa jadi lompatan besar di masa depan!
Baca juga: 5 Cara Mendidik Anak Laki-laki yang Berempati dan Berani